Karena Aku Perempuan ...
Bertahun-tahun sudah aku menjadi perempuan
Baik dulu, sebagai anak….. perempuan
Lalu menjadi seorang gadis….. masih perempuan
Lalu memutuskan menjadi istri….. juga perempuan
Hingga aku menjadi ibu saat ini….. aku tetap perempuan
Dan akan selamanya menjadi perempuan
Bertahun-tahun sudah aku menjadi perempuan
Selama masa hidup yang panjang itu
Lama baru kusadari betapa sulitnya ternyata menjadi anak perempuan dulu itu
Dan lebih sulit lagi menjadi istri yang telah kujalani sekian tahun kesini
Dan yang tersulit dari itu….. ketika lahir anak-anakku….. dan aku dipanggil IBU!
Menjadi ibu dan dipanggil ibu…..
Sebab ada anak-anak yang lahir dan tumbuh besar semakin besar
Di kedua lingkar tangan dan mata ini
Menjadi ibu dan dipanggil ibu…..
Lantaran itulah terminal akhir dari perjalanan hidup dan kehidupan perempuan
Menjadi ibu semesta alam karena itulah puncak akhir kehidupan
Begitulah aku selalu diajarkan…..
Tapi….. alangkah sulitnya menjadi kaum perempuan
Beban menjadi perempuan ini beraneka ragam
Bukan hanya soal melahirkan, menjaga kesucian, atau harus ikut cari makan
Dan bahkan diserahi tanggung jawab pendidikan
Tapi yang lebih lagi begini…..
Para lelaki yang kami cintai…..
Sampai hari ini masih juga belum mengerti….. si tulang rusuk ambilan ini
Membutuhkan kawan untuk berbagi
Apa yang sudah diperjuangkan Ibu Kartini di negeri ini
sering ditafsirkan seenaknya sendiri
Lebih dari 100 juta kita, kaum perempuan di negeri ini
Tidak benar-benar mengerti ‘Makna Emansipasi’
Dan mengapa kita perempuan yang mesti mengubah peradaban ini ?
Jika laki-laki memutuskan dengan akalnya
Perempuanlah yang menggenapkan dengan hatinya
Jika laki-laki memandang dengan matanya
Perempuanlah yang mengantarkannya pada jiwanya
Bukankah keadilan Allah sesungguhnya telah nyata
Segala yang dicipta saling berpasangan, saling melengkapkan, begitu seharusnya
Tak ada menang dan kalah dalam pengabdian ini
Tak boleh menafsirkan harmonisasi menjadi emansipasi
Karena itulah izinkan aku katakan yang sejujurnya
Bahwa kau, aku dan 100 juta lebih kaum perempuan di negeri ini
Bersama kaum laki-laki
Kita akan mampu memimpin negeri ini kembali berdiri
Jika kita mensyukuri keelokan budayanya
Kaum lelaki adil membagi kekayaan alamnya
Jika kita menjaga keindahan tata kehidupannya
Kaum lelaki mendahulukan akhlak bangsa
Hingga negeri ini bangkit kembali
tanpa gerakan-gerakan kesesatan segala macam sekalipun
Bisa hanya dengan sangat sederhana….. di rumah-rumah kita!
Dari diri kita, para ibu, para istri, perempuan dewasa, gadis remaja
dan bahkan anak-anak perempuan kita
Kita mampu membawa obor perubahan dalam diri kita
Bawa masyarakat ini dari kegelapan menuju cahaya!
Cahaya peradaban baru!
Peradaban yang nyaman meski hidup dalam perbedaan
Mulia dalam perilaku meski dalam tantangan
Dan sejahtera luar dalam bagi penduduk darat dan lautan
Kini kukatakan padamu
Wahai kaumku!..... Di tangan kitalah bola ditawarkan
Bawa bangsa ini keluar dari kegelapan
Tegakkan bahumu, kuatkan kedua kakimu ambil keputusanmu!
Nasib bangsa ini dititipi, berdirilah engkau di rumah-rumahmu
Dan biarkan hati nurani memimpinmu
Lihatlah semua kelalaian akan waktu
Tumpukan pekerjaan yang menghabiskan setiap detik hidupmu
Membuat anak-anak tak lurus menyebut nama Tuhanmu
Tidakkah kita malu?
Dua buku warisan penyelamat hidup kau biarkan menjadi debu
Bagaimana anak-anak kita mencintai Tuhannya
Sedangkan kita sibuk luar biasa
Bagaimana anak-anak kita bisa mencintai Rasul Nya
Sedangkan kita sendiri juga belum mengenalnya
Maka dengarkan suara yang terdalam pada sujud tengah malam
Pandanglah dirimu dari pancaran air yang hina
Kini berubah menjadi pengingkar yang nyata
Ketika nama Allah tak lagi menggetarkan jiwa
Maka marilah….. kau dan aku
Selengggarkan lagi rumah tangga ini
Kau boleh bekerja…..
Tapi jangan kau lupa lelakimu….. ajaklah duduk merendah
Istiqomah kembali pada aturan Allah
Dan buatlah dirimu mengerti…..
Jika terbang terlalu tinggi….. anak-anak hanya akan dididik televisi
Dan janganlah menyangka….. seolah sia-sia pelajaran sekolah
Jika kita tak keluar rumah
Minazhzhulumaati illanuur….. Minazhzhulumaati ilaannuur…..
Minazhzhulumati ilaannuur…..
Inilah yang mengilhami Kartini berangkat hijrah dari kegelapan menuju cahaya
Cahaya peradaban baru….. Peradaban mengikuti aturan Allah yang satu
Tidak dua….. tidak tiga…. Satu! AHAD! AHAD!
Dan suatu hari di masa depan nanti….
Aku rindu mendengar ini dari mulut dan hati para perempuan yang kucintai
Fabiayyi aalaa’i Rabbikumaa tukadzdzibaan
Alangkah banyak nikmat Allah yang tak dapat kaum perempuan dustakan!!!
*Syair dari Bunda Neno Warisman* dengan sedikit gubahan!
Baik dulu, sebagai anak….. perempuan
Lalu menjadi seorang gadis….. masih perempuan
Lalu memutuskan menjadi istri….. juga perempuan
Hingga aku menjadi ibu saat ini….. aku tetap perempuan
Dan akan selamanya menjadi perempuan
Bertahun-tahun sudah aku menjadi perempuan
Selama masa hidup yang panjang itu
Lama baru kusadari betapa sulitnya ternyata menjadi anak perempuan dulu itu
Dan lebih sulit lagi menjadi istri yang telah kujalani sekian tahun kesini
Dan yang tersulit dari itu….. ketika lahir anak-anakku….. dan aku dipanggil IBU!
Menjadi ibu dan dipanggil ibu…..
Sebab ada anak-anak yang lahir dan tumbuh besar semakin besar
Di kedua lingkar tangan dan mata ini
Menjadi ibu dan dipanggil ibu…..
Lantaran itulah terminal akhir dari perjalanan hidup dan kehidupan perempuan
Menjadi ibu semesta alam karena itulah puncak akhir kehidupan
Begitulah aku selalu diajarkan…..
Tapi….. alangkah sulitnya menjadi kaum perempuan
Beban menjadi perempuan ini beraneka ragam
Bukan hanya soal melahirkan, menjaga kesucian, atau harus ikut cari makan
Dan bahkan diserahi tanggung jawab pendidikan
Tapi yang lebih lagi begini…..
Para lelaki yang kami cintai…..
Sampai hari ini masih juga belum mengerti….. si tulang rusuk ambilan ini
Membutuhkan kawan untuk berbagi
Apa yang sudah diperjuangkan Ibu Kartini di negeri ini
sering ditafsirkan seenaknya sendiri
Lebih dari 100 juta kita, kaum perempuan di negeri ini
Tidak benar-benar mengerti ‘Makna Emansipasi’
Dan mengapa kita perempuan yang mesti mengubah peradaban ini ?
Jika laki-laki memutuskan dengan akalnya
Perempuanlah yang menggenapkan dengan hatinya
Jika laki-laki memandang dengan matanya
Perempuanlah yang mengantarkannya pada jiwanya
Bukankah keadilan Allah sesungguhnya telah nyata
Segala yang dicipta saling berpasangan, saling melengkapkan, begitu seharusnya
Tak ada menang dan kalah dalam pengabdian ini
Tak boleh menafsirkan harmonisasi menjadi emansipasi
Karena itulah izinkan aku katakan yang sejujurnya
Bahwa kau, aku dan 100 juta lebih kaum perempuan di negeri ini
Bersama kaum laki-laki
Kita akan mampu memimpin negeri ini kembali berdiri
Jika kita mensyukuri keelokan budayanya
Kaum lelaki adil membagi kekayaan alamnya
Jika kita menjaga keindahan tata kehidupannya
Kaum lelaki mendahulukan akhlak bangsa
Hingga negeri ini bangkit kembali
tanpa gerakan-gerakan kesesatan segala macam sekalipun
Bisa hanya dengan sangat sederhana….. di rumah-rumah kita!
Dari diri kita, para ibu, para istri, perempuan dewasa, gadis remaja
dan bahkan anak-anak perempuan kita
Kita mampu membawa obor perubahan dalam diri kita
Bawa masyarakat ini dari kegelapan menuju cahaya!
Cahaya peradaban baru!
Peradaban yang nyaman meski hidup dalam perbedaan
Mulia dalam perilaku meski dalam tantangan
Dan sejahtera luar dalam bagi penduduk darat dan lautan
Kini kukatakan padamu
Wahai kaumku!..... Di tangan kitalah bola ditawarkan
Bawa bangsa ini keluar dari kegelapan
Tegakkan bahumu, kuatkan kedua kakimu ambil keputusanmu!
Nasib bangsa ini dititipi, berdirilah engkau di rumah-rumahmu
Dan biarkan hati nurani memimpinmu
Lihatlah semua kelalaian akan waktu
Tumpukan pekerjaan yang menghabiskan setiap detik hidupmu
Membuat anak-anak tak lurus menyebut nama Tuhanmu
Tidakkah kita malu?
Dua buku warisan penyelamat hidup kau biarkan menjadi debu
Bagaimana anak-anak kita mencintai Tuhannya
Sedangkan kita sibuk luar biasa
Bagaimana anak-anak kita bisa mencintai Rasul Nya
Sedangkan kita sendiri juga belum mengenalnya
Maka dengarkan suara yang terdalam pada sujud tengah malam
Pandanglah dirimu dari pancaran air yang hina
Kini berubah menjadi pengingkar yang nyata
Ketika nama Allah tak lagi menggetarkan jiwa
Maka marilah….. kau dan aku
Selengggarkan lagi rumah tangga ini
Kau boleh bekerja…..
Tapi jangan kau lupa lelakimu….. ajaklah duduk merendah
Istiqomah kembali pada aturan Allah
Dan buatlah dirimu mengerti…..
Jika terbang terlalu tinggi….. anak-anak hanya akan dididik televisi
Dan janganlah menyangka….. seolah sia-sia pelajaran sekolah
Jika kita tak keluar rumah
Minazhzhulumaati illanuur….. Minazhzhulumaati ilaannuur…..
Minazhzhulumati ilaannuur…..
Inilah yang mengilhami Kartini berangkat hijrah dari kegelapan menuju cahaya
Cahaya peradaban baru….. Peradaban mengikuti aturan Allah yang satu
Tidak dua….. tidak tiga…. Satu! AHAD! AHAD!
Dan suatu hari di masa depan nanti….
Aku rindu mendengar ini dari mulut dan hati para perempuan yang kucintai
Fabiayyi aalaa’i Rabbikumaa tukadzdzibaan
Alangkah banyak nikmat Allah yang tak dapat kaum perempuan dustakan!!!
*Syair dari Bunda Neno Warisman* dengan sedikit gubahan!
subhanalah bags2 artikelnya ijinkan saya copy ya ummi...syukron
ReplyDelete